Puji Suci Marang Gusti,Kawulo Tansah Ngabekti...

Selasa, 27 September 2011

MEDITASI 7 CAKRA & OLAH SEMEDI

Meditasi dibagi dalam dua alur besar. Yakni
meditasi mikorokosmos atau pemusatan
konsentrasi pada jagad alit yakni unsur-unsur
yang ada dalam diri tubuh kita. Dan meditasi
makrokosmos atau meditasi jagad ageng.

Meditasi cakra merupakan subsistem dari
meditasi mikrokosmos.

CAKRA DASAR, ROOT CHAKRA, Jayengdriyo,
Muladhara :
Cakra pertama. Terletak di dasar tulang
belakang, berfungsi meningkatkan
kemampuan kita dalam bertahan hidup dan
beradaptasi. Cakra ini sekali terbuka akan
memberikan stabilitas yang kita perlukan
untuk memikul beban kita sehari-hari. Ketika
cakra dasar ini masih tertutup akan membuat
kita takut pada perubahan. Tetapi sekali
terbuka akan menciptakan peluang bagi kita
untuk menggapai kesempatan merasakan
indahnya kehidupan serta suatu kenikmatan
dan anugrah yang menakjubkan dalam
kehidupan ini.
SEXUAL CHAKRA, JANALOKA atau
Swadhishtana:
Cakra kedua ini terletak di balik wilayah alat
genital. Sepadan dengan bait al-mukadas.
Cakra ini berkaitan dengan energi dan gairah
seksual. Apabila energi mengalir bebas
diwilayah ini akan membawa energi positif
dalam hidup kita. Penyumbatan di daerah ini
dapat mengakibatkan masalah seksualdan
reproduksi yang akan menghambat energi
mengalir bebas dan menyebabkan energi
negatif dalam hidup kita.
CAKRA PUSAR, NAVEL CHAKRA atau
Manipura :
Cakra ketiga. Cakra ini hubungannya dengan
energi dan terletak di bawah pusar. Cakra ini
merupakan pusat kekuatan tubuhdan
merupakan titik luncur untuk energi prana.
Meditasi pada cakra ini akan membawa energi
besar dan dapat digunakan untuk menyerap
energi yang besar pula. Biasanya meditasi
cakra pusar secara efektif diterapkan untuk
membangkitkan “tenaga dalam” dan untuk
penyerapan energi alam seperti energi ombak
laut, energi angin, energi api, energi matahari,
energi rembulan, energi bumi dsb.
CAKRA HATI, HEART CHAKRA atau
Anahata :
Cakra keempat. Sepadan dengan bait al-
muharam. Panggulunganing raosing karsa.
Cakra hati terletak persis di daerah jantung-
hati dan berhubungan dengan kebaikan yang
besar dan cinta kasih. Meditasi pada cakra ini
dapat memiliki pengalaman batin yang
mendalam dan membuka hati untuk dapat
merasakan keindahan sejati dalam memahami
alam
semesta. Cakra ini berfungsi pula untuk
menghubungkan antara pikiran (kesadaran)
tubuh (ragawi) dengan kesadaran jiwa (batin).
CAKRA TENGGOROKAN, THROAT CHAKRA
atau Vishuddha :
Cakra kelima. Sepadan dengan bait al-
makmur. Titik energi cakra ini terletak di dasar
tengkorak. Pusat energi ini terutama terkait
dengan kemampuan kita untuk
mengekspresikan diri kita sendiri dan juga
memiliki dampak langsung pada sistem
kelenjar kita. Membuka cakra ini akan
membantu mereka yang memiliki kendala sulit
berkomunikasi.
CAKRA ALIS, BROW CHAKRA, PAPASU, atau
Ajna :
Disebut pula cakra keenam. Alam papat
(empat); sukma wisesa (alam nuriah), sukma
purba (alam siriyah), sukma langgeng (alam
hidayat), sukma luhur (alam jamma). Cakra ini
terletak di antara kedua alis mata, disebut
juga sebagai mata ketiga. Sebagai titik di
mana alam pikiran sadar dan alam pikiran
bawah sadar datang bersama-sama untuk
membuka kemampuan kita secara psikhis
(innerworld) dan intuitif (kebatinan).
Meditasi pada cakra mata ketiga (third eye) ini
paling digemari para pemula meditasi. Karena
diperolehnya wawasan yang dalam dan luas
bahkan mata ketiga dapat mulai terbuka.
Memungkinkan seseorang dapat melihat
dimensi gaib dengan mata batinnya (third eye
vision).
CAKRA MAHKOTA, CROWN CHAKRA, atau
Mahasrara :
Disebut pula sebagai cakra ketujuh. Alam
langgeng, Uluhiah, Sang Jati. Ini dianggap
sebagai chakra rohani, di mana orang dapat
menemukan kebijaksanaan yang sejati di
mana pengetahuan lahir dan batin,
pengalaman fisik dan metafisik, wadag dan
gaib, semua dapat dialaminya.
Cakra ini sebagai titik energi di mana
pencerahan sejati dan bentuk realisasi diri
dapat terjadi. Dalam tradisi Jawa, mengasah
cakra mahkota dapat menjadikan seseorang
menjadi Permana Jati. Yakni mampu weruh
sadurunge winarah atau mampu melihat
sesuatu yang bersifat futuristik, dan weruh
kasunyatan jati atau mengetahui kenyataan
sesungguhnya apa yang sebenarnya terjadi di
alam fana (jagad wadag) dan alam keabadian
(jagad gaib). Dapat dikatakan, terbukanya
cakra mahkota dapat membuat seseorang
menyaksikan dan memahami suatu
kenyataan, baik sesuatu secara fisik maupun
gaib. Oleh karena itu terbukanya cakra
mahkota dapat meraih ngelmu kasunyatan
(pengetahuan yang nyata) yang meliputi
wahana fisik dan gaib. Kita jadi tahu apa yang
sesungguhnya terjadi sekalipun di alam gaib.
Oleh sebab itu, bermeditasi pada cakra ini
akan menghasilkan efek yang mendalam dan
harus didekati dengan cara hati-hati dan
dibekali pemahaman yang memadai. Karena
bisa jadi pelaku meditasi akan terkejut dan
bingung melihat kasunyatan gaib (realitas
gaib), ternyata tidak sesuai dengan apa
yang tidak sekedar diyakininya (ujare,
katanya) selama ini. Dalam spiritual Jawa
seseorang yang dapat menerima “Wahyu
Keprabon” atau wahyu kepemimpinan
(wahyu singgasana kekuasaan untuk menjadi
RI-1) atau dalam pewayangan dinamakan
“Wahyu Makutarama” hanyalah orang-orang
yang sudah terbuka cakra ketujuhnya.
Sehingga akan membawa keberhasilan
seorang Presiden dalam masa
kepemimpinannya.
Meditasi merupakan PEMUSATAN PIKIRAN,
mengkonsentrasikan DAYA CIPTA pada satu
titik yang ada di dalam tubuh kita. Arah
pemusatannya melalui jalan sugesti atau saran
dari kekuatan
pikiran. Pemusatan pikiran pada
satu hal saja yakni pada cakra-cakra yang
ingin dibuka atau dibangkitkan.
Sementara itu, olah semedi merupakan
penghentian atas semua gerak-gerik cipta.
Digantikan dengan PEMUSATAN pada RAHSA
atau rasasejati untuk memahami sejatining
rasa pangrasa. Pemusatan rasa akan terjadi
setelah kita MELEPAS SEMUA KEGIATAN PIKIR-
MEMIKIR. Sehingga akan dicapai keadaan
“suwung” atau kosong dari segala pikiran dan
kemudian masuk (manjing) ke dalam
keheningan batin yang “suwung” (awang
uwung). Duwe rasa ora duwe rasa duwe,
atau “punya rasa, tidak punya rasa punya”.
Nah, untuk meraih keberhasilan dalam
membuka cakra ketujuh, Anda harus
melakukan olah semedi.
UNIVERSAL VALUE
Meditasi pada cakra-cakra kita merupakan
cara yang efektif untuk membangun energi
dan meraih kesadaran spiritual. Ada tiga cakra
yang harus kita konsentrasikan untuk meraih
keberhasilan. Hal ini akan membuahkan hasil
terbesar serta meningkatkan kesadaran
dimensi kita dalam waktu sesingkat mungkin.
Ini sangat dibutuhkan bagi siapapun yang ingin
meraih
kesembangan yang lebih baik.
Keseimbangan diri dengan dimensi sosial (self
& social dimension), diri dengan alam
(microcosmos & macrocosmos). Orang yang
meraih “keseimbangan” akan berada dalam
irama yang harmoni. Yakni orang-orang yang
selalu memperoleh berkah dan anugrah,
yang selalu menebar berkah dan anugrah
kepada seluruh makhluk. Itulah orang yang
meraih derajat kemuliaan. DERAJAT
KEMULIAAN ditentukan oleh apa yang
diperbuat seseorang selama hidupnya. Apakah
Anda percaya, jika kondisi seseorang
menjelang ajal termasuk mencerminkan
derajat kemuliaannya? Sudah berapa kali
Anda menunggui orang di saat menjelang
ajal? Cobalah cermati dgn kepekaan mata
hati, dengan kebeningan mata batin, ternyata
“keyakinan” seseorang tidak berhubungan
langsung dengan kondisi akhir saat sakaratul
maut tiba. Yang menentukan derajat tetap saj
perbuatan. Bagi yang tak percaya boleh saja
toh kelak akan membuktikan sendiri pada
waktu yang sudah terlambat. Keyakinan yang
dianut sebagai sarana pendidikan untuk
membangun budi pekerti luhur bagi
penganutnya. Budi pekerti menentukan “corak
warna” apa yang diperbuat oleh seseorang.
“Corak warna” perbuatan setiap orang lah
yang pada akhirnya menentukan derajat
kemuliaan. Yang ada adalah ngunduh uwohing
pakarti, atau menuai buah budi pekerti, bukan
ngunduh uwohing agami. Karena agami
berfungsi sebagai salah satu “media tanam”
bagi tumbuhnya “tanaman” bernama budi
pekerti luhur.
Meditasi cakra merupakan salah satu cara di
antara milyaran cara yang dapat dilakukan
manusia untuk menggapai level keluhuran
budi pekerti, untuk meraih derajat kemuliaan
hidup yang tinggi. Seseorang yang telah
terbuka cakra mahkotanya, ialah orang yang
telah mencapai maqom ke 7. Tentu saja
derajat maqom ini akan tercermin dalam pola
pikir, segala sikap, dan tindak perbuatannya.
Sebaliknya fanatisme terhadap suatu agama,
budaya, dan falsafah hidup barulah
mencerminkan terbukanya cakra level dasar.
Celakanya, orang-orang yang baru terbuka
cakra dasarnya biasanya justru bersikap
seolah sudah menggapai maqom ke tujuh.
Sudah merupakan hukum alam bahwa “air
beriak tanda tak dalam,padi yg tidak merunduk tanda tidak berisi”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar