Puji Suci Marang Gusti,Kawulo Tansah Ngabekti...

Kamis, 12 April 2012

PUASA & TAPA VERSI JAWA ASLI

Puasa dan Tapa adalah dua hal yang sangat penting
bagi peningkatan spiritual seseorang. Disemua ajaran
agama biasanya disebutkan tentang puasa ini dengan
berbagai versi yang berbeda.
Menurut sudut pandang spiritual metafisik, puasa
mempunyai efek yang sangat baik dan besar
terhadap tubuh dan fikiran. Puasa dengan cara
supranatural mengubah sistem molekul tubuh fisik
dan eterik dan menaikkan vibrasi/getarannya
sehingga membuat tubuh lebih sensitif terhadap
energi/kekuatan supranatural sekaligus mencoba
membangkitkan kemampuan indera keenam
seseorang. Apabila seseorang telah terbiasa
melakukan puasa, getaran tubuh fisik dan eteriknya
akan meningkat sehingga seluruh racun,energi negatif
dan makhluk eterik negatif yang ada didalam
tubuhnya akan keluar dan tubuhnya akan menjadi
bersih. Setelah tubuhnya bersih maka roh-roh suci pun
akan datang padanya dan menyatu dengan dirinya
membantu kehidupan nya dalam segala hal.
Didalam peradaban/tradisi pendalaman spiritual ala
kejawen, seorang penghayat kejawen biasa
melakukan puasa dengan hitungan hari tertentu
(biasanya berkaitan dengan kalender jawa). Hal
tersebut dilakukan untuk menaikkan kekuatan dan
kemampuan spiritual metafisik mereka dan untuk
memperkuat hubungan mereka dengan saudara
kembar gaib mereka yang biasa disebut SADULUR
PAPAT KALIMA PANCER.
apapun nama dan pelaksanaan puasa, bila puasa
dilakukan dengan niat yang tulus, maka tak mungkin
akan membuat manusia yang melakoninya celaka.
Bahkan medis mampu membuktikan betapa puasa
memberikan efek yang baik bagi tubuh, terutama
untuk mengistirahatkan oragan-oragan pencernaan.
Intinya adalah ketika seseorang berpuasa dengan
ikhlas, maka orang tersebut akan terbersihkan tubuh
fisik dan eteriknya dari segala macam kotoran. Ada
suatu konsep spiritual yang berbunyi “matikanlah
dirimu sebelum engkau mati”, arti dari konsep
tersebut kurang lebih kalau kita sering ‘menyiksa’
tubuh maka jiwa kita akan menjadi kuat. Karena
yang hidup adalah jiwa, raga akan musnah suatu saat
nanti. Itulah sedikit konsep spiritual jawa yang
banyak dikenal. Para penghayat kejawen telah
‘menemukan’ metode-metode untuk membangkitkan
spirit kita agar kita menjadi manusia yang kuat
jiwanya dan luas alam pemikirannya, salah satunya
yaitu dengan menemukan puasa-puasa dengan tradisi
kejawen. Atas dasar konsep ‘antal maut qoblal maut’
diatas puasa-puasa ini ditemukan dan tidak lupa
peran serta para ghaib, arwah leluhur serta roh-roh
suci yang membantu membimbing mereka dalam
peningkatan spiritualnya.
>>> Macam-macam puasa ala Kejawen :
1. Mutih
Dalam puasa mutih ini seseorang tdk boleh makan
apa-apa kecuali hanya nasi putih dan air putih saja.
Nasi putihnya pun tdk boleh ditambah apa-apa lagi
(seperti gula, garam dll.) jadi betul-betul hanya nasi
putih dan air puih saja. Sebelum melakukan puasa
mutih ini, biasanya seorang pelaku puasa harus mandi
keramas dulu sebelumnya dan membaca mantra ini :
“niat ingsun mutih, mutihaken awak kang reged, putih
kaya bocah mentas lahirdipun ijabahi gusti allah.”
2. Ngeruh
Dalam melakoni puasa ini seseorang hanya boleh
memakan sayuran / buah-buahan saja. Tidak
diperbolehkan makan daging, ikan, telur dsb.
3. Ngebleng
Puasa Ngebleng adalah menghentikan segala aktifitas
normal sehari-hari. Seseorang yang melakoni puasa
Ngebleng tidak boleh makan, minum, keluar dari
rumah/kamar, atau melakukan aktifitas seksual.
Waktu tidur-pun harus dikurangi. Biasanya seseorang
yang melakukan puasa Ngebleng tidak boleh keluar
dari kamarnya selama sehari semalam (24 jam). Pada
saat menjelang malam hari tidak boleh ada satu
lampu atau cahaya-pun yang menerangi kamar
tersebut. Kamarnya harus gelap gulita tanpa ada
cahaya sedikitpun. Dalam melakoni puasa ini
diperbolehkan keluar kamar hanya untuk buang air
saja.
4. Pati geni
Puasa Patigeni hampir sama dengan puasa Ngebleng.
Perbedaanya ialah tidak boleh keluar kamar dengan
alasan apapun, tidak boleh tidur sama sekali. Biasanya
puasa ini dilakukan sehari semalam, ada juga yang
melakukannya 3 hari, 7 hari dst. Jika seseorang yang
melakukan puasa Patigeni ingin buang air maka,
harus dilakukan didalam kamar (dengan memakai
pispot atau yang lainnya). Ini adalah mantra puasa
patigeni : “niat ingsun patigeni, amateni hawa panas
ing badan ingsun, amateni genine napsu angkara
murka krana Allah taala”.
5. Ngelowong
Puasa ini lebih mudah dibanding puasa-puasa diatas
Seseorang yang melakoni puasa Ngelowong dilarang
makan dan minum dalam kurun waktu tertentu.
Hanya diperbolehkan tidur 3 jam saja (dalam 24 jam).
Diperbolehkan keluar rumah.
6. Ngrowot
Puasa ini adalah puasa yang lengkap dilakukan dari
subuh sampai maghrib. Saat sahur seseorang yang
melakukan puasa Ngrowot ini hanya boleh makan
buah-buahan itu saja! Diperbolehkan untuk memakan
buah lebih dari satu tetapi hanya boleh satu jenis
yang sama, misalnya pisang 3 buah saja. Dalam
puasa ini diperbolehkan untuk tidur.
7. Nganyep
Puasa ini adalah puasa yang hanya memperbolehkan
memakan yang tidak ada rasanya. Hampir sama
dengan Mutih , perbedaanya makanannya lebih
beragam asal dengan ketentuan tidak mempunyai
rasa.
8. Ngidang
Hanya diperbolehkan memakan dedaunan saja, dan
air putih saja. Selain daripada itu tidak diperbolehkan.
9. Ngepel
Ngepel berarti satu kepal penuh. Puasa ini
mengharuskan seseorang untuk memakan dalam
sehari satu kepal nasi saja. Terkadang diperbolehkan
sampai dua atau tiga kepal nasi sehari.
10. Ngasrep
Hanya diperbolehkan makan dan minum yang tidak
ada rasanya, minumnya hanya diperbolehkan 3 kali
saja sehari.
11. Senin-kamis
Puasa ini dilakukan hanya pada hari senin dan kamis
saja seperti namanya. Puasa ini identik dengan
agama islam. Karena memang Rasulullah SAW
menganjurkannya.
12. Wungon
Puasa ini adalah puasa pamungkas, tidak boleh
makan, minum dan tidur selama 24 jam.
13. Tapa Jejeg
Tidak duduk selama 12 jam
14. Lelono
Melakukan perjalanan (jalan kaki) dari jam 12 malam
sampai jam 3 subuh (waktu ini dipergunakan sebagai
waktu instropeksi diri).
15. Kungkum
Kungkum merupakan tapa yang sangat unik. Banyak
para pelaku spiritual merasakan sensasi yang dahsyat
dalam melakukan tapa ini. Tatacara tapa Kungkum
adalah sebagai beikut :
a) Masuk kedalam air dengan tanpa pakaian
selembar-pun dengan posisi bersila (duduk) didalam
air dengan kedalaman air se tinggi leher.
b) Biasanya dilakukan dipertemuan dua buah sungai
c) Menghadap melawan arus air
d) Memilih tempat yang baik, arus tidak terlalu deras
dan tidak terlalu banyak lumpur didasar sungai
e) Lingkungan harus sepi, usahakan tidak ada seorang
manusiapun disana
f) Dilaksanakan mulai jam 12 malam (terkadang boleh
dari jam 10 keatas) dan dilakukan lebih dari tiga jam
(walau ada juga yang memperbolehkan pengikutnya
kungkum hanya 15 menit).
g) Tidak boleh tertidur selama Kungkum
h) Tidak boleh banyak bergerak
i) Sebelum masuk ke sungai disarankan untuk
melakukan ritual pembersihan (mandi dulu)
j) Pada saat akan masuk air baca mantra ini :
“ Putih-putih mripatku Sayidina Kilir, Ireng-ireng
mripatku Sunan Kali Jaga, Telenging mripatku Kanjeng
Nabi Muhammad.”
k) Pada saat masuk air, mata harus tertutup dan
tangan disilangkan di dada
l) Nafas teratur
m) Kungkum dilakukan selama 7 malam biasanya
16. Ngalong
Tapa ini juga begitu unik. Tapa ini dilakuakn dengan
posisi tubuh kepala dibawah dan kaki diatas
(sungsang). Pada tahap tertentu tapa ini dilakukan
dengan kaki yang menggantung di dahan pohon dan
posisi kepala di bawah (seperti kalong/kelelawar).
Pada saat menggantung dilarang banyak bergerak.
Secara fisik bagi yang melakoni tapa ini melatih
keteraturan nafas. Biasanya puasa ini dibarengi
dengan puasa Ngrowot.
17. Ngeluwang
Tapa Ngeluwang adalah tapa paling menakutkan bagi
orang-orang awam dan membutuhkan keberanian
yang sangat besar. Tapa Ngeluwang disebut-sebut
sebagai cara untuk mendapatkan daya penglihatan
gaib dan menghilangkan sesuatu. Tapa Ngeluwang
adalah tapa dengan dikubur di suatu pekuburan atau
tempat yang sangat sepi. Setelah seseorang selesai
dari tapa ini, biasanya keluar dari kubur maka akan
melihat hal-hal yang mengerikan (seperti arwah
gentayangan, jin dlsb). Sebelum masuk kekubur,
disarankan baca mantra ini :
“ Niat ingsun Ngelowong, anutupi badan kang bolong
siro mara siro mati, kang ganggu maang jiwa insun,
lebur kaya dene banyu krana Allah Ta’ala.”
Dalam melakoni puasa-puasa diatas, bagi pemula
sangatlah berat jika belum terbiasa. Oleh karena itu
disini akan dibekali dengan ilmu lambung karang. Ilmu
ini berfungsi untuk menahan lapar dan dahaga.
Dengan kata lain ilmu ini dapat sangat membantu
bagi oarang-orang yang masih ragu-ragu dalam
melakoni puasa-puasa diatas. Selain praktis dan
mudah dipelajari, sebenarnya ilmu lambung karang ini
berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang kebanykan harus
ditebus/dimahari dengan puasa. Selain itu syarat atau
cara mengamalkannyapun sangat mudah, yaitu :
1. Mandi keramas/jinabat untuk membersihkan diri
dari segala macam kekotor
2. Menjaga hawa nafsu.
3. Baca mantra lambung karang ini sebanyak 7 kali
setelah shalat wajib 5 waktu, yaitu :
Bismillahirrahamanirrahim
Cempla cempli gedhene
Wetengku saciplukan bajang
Gorokanku sak dami aking
Kapan ingsun nuruti budine
Aluamah kudu amangan wareg
Ngungakna mekkah madinah
Wareg tanpa mangan
Kapan ingsun nuruti budine
Aluamah kudu angombe
Ngungakna segara kidul
Wareg tanpa angombe
Laailahaillallah Muhammad Rasulullah
Selain melakoni puasa-puasa diatas masyarakat
kejawen juga melakukan puasa-puasa yang
diajarkan oleh agama islam, seperti puasa ramadhan,
senin kamis, puasa 3 hari pada saat bulan purnama,
puasa Nabi Daud AS dll. Inti dari semua lakon mereka
tujuannya hanya satu yaitu mendekatkan diri dengan
Allah SWT agar diterima iman serta islam mereka.
Salam Ilmu Sejati,Puji Suci Marang Gusti Kawulo Tansah Ngabekti....

PUASA WETON/HARI KELAHIRAN

PUASA WETON
Dalam bahasa Jawa “Weton” berasal dari kata dasar
“Wetu” yang bermakna “keluar” atau lahir. Kemudian
mendapat akhiran –an yang membentuknya menjadi
kata benda. Yang disebut dengan weton adalah
gabungan antara hari dan pasaran saat bayi dilahirkan
kedunia.
Misalnya Senin Pon, Rabu Wage, Jumat Legi
atau lainnya. Legi, Pahing, Pon, Wage, Kliwon adalah
nama-nama pasaran.
pengertian Puasa Weton adalah puasa yang
dilakukan pada hari kelahiran berdasarkan
perhitungan kalender Jawa yang berputar selama 35
hari. Artinya diperingati setiap 35 hari sekali. Berbeda
dengan acara ulang tahun yang diperingati setahun
Jadi
sekali.
Amalan Puasa Weton merupakan ajaran mulia dari
para leluhur, guna menghayati dan menghargai
kelahirannya diri kita ke alam dunia ini. Falsafah
sederhana puasa weton ini adalah hari lahir
merupakan kehendak Tuhan dalam hidup kita. Jadi
pada hari tersebut, kembali kita mengingat kasih
Tuhan yang begitu besar dalam hidup kita. Dengan
harapan, agar kita ingat bahwa lahirnya manusia
dimuka bumi ini membawa kodrat. Kalau dalam istilah
Quran,
diturunkannya manusia dimuka bumi ini
adalah sebagai khalifah / pemimpin (Al-Baqarah: 30).
Layaknya sebagai seorang khalifah adalah membawa
berkah dan rahmat bagi alam semesta. Bukan
untuk merusak apalagi membinasakan alam atau
sesama manusia.
Setiap diri yang selalu ingat kepada kodratnya ini
maka akan menjadi pribadi-pribadi yang mulia,
bijaksana dan penuh kasih sayang kepada sesama
dan seluruh alam. Maka kehidupannya akan
senantiasa dalam lindungan dan penjagaan Tuhan
Yang Maha Kuasa.
Amalan puasa Weton memang tidak ada tuntunan
langsung dari Rasulullah. Sebab ini adalah salah satu
cara para leluhur Jawa berpuasa. Tidak ada hubungan
dengan aliran agama tertentu. Jadi boleh diamalkan
oleh semua orang, apapun agama dan keyakinannya.
Walaupun demikian sesungguhnya amalan ini tersirat
dari perilaku puasa Rasulullah Muhammad SAW. Anda
bisa simak hadist tentang puasa Sunah Senin-Kamis.
Seperti hadist berikut ini.
Nabi ditanya tentang puasa hari Senin lalu beliau
menjawab, “Itu adalah hari dimana aku dilahirkan,
dan hari dimana aku diutuskan sebagai Nabi, atau
dimana diturunkannya wahyu pertama padaku”. (HR.
Muslim, Abu Dawud, dan Nasa’i, sanadnya shahih).
Dari Hadist tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa
dalam Islam boleh hukumnya mengkhususkan ibadah
pada hari tertentu yang dianggap memiliki arti
istimewa (baik). Juga diperbolehkan memperingati
hari lahir dengan berpuasa. Atau beribadah sunnat
lainnya karena ittiba’ (mengikuti) kepada Nabi SAW
saat hari kelahirannya. Dan ini tidak termasuk
kategory bid’ah yang dilarang seperti yang sering
dituduhkan segelintir golongan umat Islam yang
mengaku-aku pengikut sunnah.
Dalam kaitannya dengan weton, orang Jawa memiliki
tradisi yang disebut “selapanan”, yaitu memperingati
weton kelahiran, yang berputar selama 35 hari itu
Ritual Weton
dengan melakukan lelaku prihatin. Misalnya dengan
lelaku berpuasa “ngapit”, mutih, melek (tidak tidur)
dan menyediakan sesaji sebagai bentuk rasa syukur
kepada Tuhan YME.
Yang dimaksud dengan Puasa Ngapit adalah berpuasa
3 hari, yaitu pada hari weton, ditambah 1 hari sebelum
dan sehari
sesudahnya. Ada pula yang cukup dengan
ritual Mutih, yaitu selama beberapa hari hanya makan
nasi putih dan air putih tawar saja tanpa puasa, jadi
boleh makan-minum kapan saja. Ada juga lelaku
puasa 3 hari sebelum hari weton, 5 hari sebelum
weton dan berbagai jenis cara puasa lainnya.
Adapula ritual melek (tidak tidur) selama 24 jam yang
dimulai dari saat Matahari terbenam saat masuk hari
wetonnya. Dan diakhiri ketika matahari terbenam
dihari wetonnya. Sambil menghidangkan sesaji
berupa variasi 4 warna bubur dan sesaji lainnya yang
memiliki arti simbolik yang luhur.
Dan masih ada berbagai macam jenis tatacara ritual
lainnya yang berkembang di masyarakat dalam
rangka memperingati Weton Kelahiran ini. Walaupun
tatacara berbeda-beda tetapi intinya sama yaitu
sebagai bentuk lelaku prihatin (riyadhoh). Acara ini
sangat jauh berbeda dengan acara ulang tahun jaman
sekarang,
yang cenderung bernuansa hura-hura
bahkan suka cita yang berlebihan dan mengumbar
perbuatan asusila.
Adanya perbedaan amalan-amalan lelaku dalam
memperingati weton tidak perlu diperdebatkan. Sebab
tatacara
lelaku dan amalan sangat bergantung
dengan kondisi diri dan adat yang berkembang di
masyarakat.
Bagi mereka yang tinggal di desa nan asri masih
banyak berbagai macam pepohonan hijau dan sungai
yang bersih, dalam memperingati weton akan
membuat berbagai macam sesaji berupa lauk-pauk
hasil dari sawah ladangnya. Seperti nasi golong, daun
jati, ikan teri, dan lain sebagainya. Tentu saja mereka
tidak merasa kesulitan untuk mendapatkan semua
bahan-bahan sesaji tersebut. Tetapi bagi masyakarat
kota, yang tinggal di wilayah yang dikelilingi gedung-
gedung beton, jarang ada pepohonan, sungai-sungai
yang mengalir pun telah tercemar limbah, tiada lagi
ikan yang hidup. Akan kesulitan bila untuk
memperingati weton sebagaimana tradisi di
pedesaan, setiap 35 hari sekali harus menyediakan
berbagai macam sesaji dari alam. Maka biasanya
tatacara memperingati weton ini setiap kaum adat
masyakarat bisa berbeda-beda.
Begitu pula dengan tata amalan Puasa. Bagi mereka
yang kehidupannya sudah dilonggarkan dari urusan
duniawi akan lebih ringan dalam menjalankan puasa
berhari-hari atau ritual tidak tidur semalam suntuk.
Namun bagi mereka yang setiap hari masih harus
bekerja keras untuk menghidupi keluarga, anak-istri,
akan sangat susah untuk melakukan puasa berhari-
hari semacam itu. Sementara ia harus dituntut
produktifitas kerja yang tinggi bila tidak ingin dipecat
dan kehilangan pekerjaan atau mata pencahariannya.
Maka amalan puasa weton pun bervariasi,
disesuaikan dengan kondisi diri sang pengamalnya.
Yang penting tidak meninggalkan makna yang
sebenarnya dari ritual weton.
Di kalangan masyarakat muslim dan pesantren, puasa
weton ini biasanya dilakukan lebih dari 1 hari, ini
untuk memberi solusi bagi mereka yang wetonnya
jatuh pada hari-hari yang dilarang berpuasa di hari-
hari tertentu seperti hari Jumat tanpa disertai puasa
hari yang lain (Al Hadist). Dan itu sah-sah saja. Tidak
ada sesepuh yang melarangnya. Selama suatu tradisi
membawa manfaat baik, memang harus dilestarikan.
Dari penghayatan dan pengamalan ritual weton yang
luhur ini tentu akan membawa dampak baik bagi
para pengamalnya. Antara lain :
*Manfaat Ritual Weton :
*Sebagai tanda syukur kepada Tuhan YME dan
rasa terimakasih kepada kedua orang tua.
**Meningkatkan iman kepada Tuhan, dan
berbakti kepada orang tua.
***Sebagai salah satu momen untuk berintropeksi
diri, ingat kembali kepada kodrat dan tugas
sebagai manusia di muka bumi.
****Kembali mengenal setiap unsur yang menyertai
diri manusia hidup dimuka bumi ini, yaitu para
Sedulur Sejati. Ada pula yang mengartikan
Sedulur Papat Kalimo Pancer.
InsyaAllah, dari pengalaman telah terbukti
dapat membawa dampak baik bagi kerejekian
para pengamalnya. Akan membuka pintu
rejeki yang luas dari segala penjuru mata
angin.
*****Diberikan keselamatan dari segala macam
bahaya yang nyata maupun magis (sihir).
Dan berbagai manfaat positif lainnya sesuai
dengan penghayatan yang bisa dicapai oleh
para pengamalnya.
Semua bisa terjadi bila semata-mata ada
rahmat dari Tuhan Yang Maha Welas Asih.
Demikian tentang kajian Puasa weton. Semoga
bermanfaat untuk pembaca semua. Salam
Ilmu Sejati,Rahayu...Rahayu...Rahayu...Nuwun.

Selasa, 27 September 2011

TATA CARA SEMEDI/MEDITASI

Semedi ( Meditasi )
Banyak istilah yang bisa dipakai untuk
menggambarkan perilaku khas ini. Semedi kata orang
Jawa. Meditasi. Maladihening. Neng, ning, nung.
Kotemplasi. Tafakur. Dan…..mungkin masih ada banyak
istilah yang maksudnya sepadan.
Bermacam cara orang melakukan meditasi. Berbagai
tujuan pula yang hendak diraih. Untuk kali ini kita
akan berbincang dengan memfokuskan pada tiga hal
yaitu pencarian kesejatian diri, alam gaib dan
‘penemuan’ dengan “Sang Maha Ada”.
Saya kutip dulu dari ajaran Wirid / Semedi
MALADIHENING yang diajarkan Eyang Guru saya,demikian
tatacaranya :
1. Posisi badan telentang menghadap ke atas, seperti
mau tidur. Jangan ada anggota badan yang posisinya
kurang nyaman. Seluruh anggota badan “jatuh”
menempel di pembaringan tanpa ada penahanan
sedikitpun. Seluruh otot dan syaraf harus rileks atau
loss. Bisa juga dipakai posisi duduk bersila.
2. Tangan sedekap atau ’sendakep’ dengan posisi
lengan atas tetap menempel di lantai/tempat
berbaring sementara lengan bawah diletakkan di atas
dada. Jari-jari tangan saling mengunci ( jari diadu
dengan jari merapat ). Atau bisa juga agar lebih rileks,
tangan diluruskan ke bawah (arah kaki), kedua
telapak tangan menempel di paha kiri kanan sebelah
luar.
3. Mata terpejam seakan anda sedang bersiap
menidurkan diri. Bola mata tidak boleh bergerak-gerak,
tahan dalam posisi pejam dan bola mata diam tidak
bergerak, disebut meleng, meneng. Ketika
memejamkan mata ini bola mata diarahkan ke arah
puncak hidung ( mandeng puncaking grono )
4. Kaki lurus dan rileks, telapak kaki kanan
ditumpangkan di atas telapak kaki kiri disebut
sedakep suku tunggal.
Mengumpulkan atau Mengatur Pernafasan.
Tarik pelan nafas melalui hidung sampai di perut, lebih
tepatnya lagi sampai di puser. Tahan. Bawa naik ke
atas terus sampai ubun-ubun. Tahan. Baru bawa ke
bawah samapi mulut dan lepaskan. Lakukan berulang-
ulang. Bawa atau tarik naik turunnya nafas dengan
‘rasa kesadaran’. Ketika ini lidah hendaknya ditekuk ke
atas, ke ‘cethak’. Lakukan beberapa kali ulangan.
Ketika ini harus dibarengi ingat kepada Allah. Cara
praktisnya yaitu ketika menarik nafas hati menyebut
“HU” dan ketika melepas nafas hati menyebut
“ALLAH”.
Lafal HU merujuk pada ADA-Nya, atau Dzat-Nya atau
Pribadi-Nya. Sedangkan lafal ALLAH merujuk pada
Nama-Nya atau panggilan-Nya.
Kemudian pikiran dikosongkan, tidak memikirkan apa-
apa. Obyek pikir atau lebih tepatnya ‘kesadaran rasa
kita’, kita fokuskan ke arah puncak hidung ( yaitu
diantara dua mata kita ). Maka akan nampak cahaya
berpendar. Semakin terang. Kita ikuti denga kesadaran
rasa kita. seakan ada lorong yang panjang bercahaya
keperakan. Kita ikuti saja. Nah…plong…kita atau lebih
tepatnya kesadaran diri kita yang sejati sudah bebas
dari tubuh kita. Sensasi ini yang oleh kebanyakan
orang disebut ‘meraga sukma’ atau ngrogo sukmo.
Nah sampai pada batas ini menjadi sangat krusial.
Karena apa ? Karena apapun yang kita niatkan akan
’sampai’. Artinya obyek kesadaran menjadi sangat
penting. Jika kesadaran Anda kepada alam gaibnya jin
maka otomatis ’sinyal gelombang energi’ Anda akan
bersambung dengan alam jin. Jika obyek kesadaran
Anda adalah para ruh nenek-moyang atau leluhur
maka Anda akan berjumpa dengan leluhur Anda.
Ada satu hal yang sangat penting di sini. Apakah kita
hanya akan ‘mengurusi’ soal benda dan makhluk
saja ? Apakah kesadaran kita akan hanya kita tujukan
untuk mencari ‘ada’ yang bisa rusak dan tidak hakiki
( makhluk ) saja ? Tidakkah kita ingin ‘menjumpai’ Dia
Sang Maha Ada yang tidak akan rusak binasa ( Al-
Kholiq ) ? Dia yang telah menciptakan kita dan juga
alam ini. Dia Yang Maha Ada yang menjadi ‘tempat’
kita berpulang atau kembali nanti.
Mari bertafakur yang sejati. Menemukan-Nya di diri
kita dan juga di diri-diri yang lain. Di diri alam semesta.
Sejatinya dimanapun ‘ada’ itu ada maka disitulah Sang
Maha Ada itu ada. Dia meliputi segala sesuatu. Justru
jika kesadaran kita terhenti pada diri kita saja maka
yang kita temui adalah hanya diri kita. Jika kesadaran
kita ada pada alam jin maka yang kita temui adalah
jin. Jika kesadaran kita ada pada-Nya, bahkan
harusnya itu ’sadar penuh’ maka kita akan ketemu
dengan Dia, Sang Sangkan Paraning Dumadi. Tentu
bertemu dengan-Nya secara tan kinoyo ngopo, laisa
kamitslihi syai’un, tidak bisa digambarkan dengan apa
dan bagaimana.
Salah satu bentuk semedi yang paling dasar dan alami
adalah tidur. Ketika kita tidur maka hakekatnya sama
dengan mati. Ketika tidur inilah diri kita kembali
berada dalam ‘genggaman’-Nya. Nah bayangkan
sendiri jika kita bisa tidur secara ‘advance’. Yaitu badan
kita tidur terlelap namun kesadaran kita bisa tetap
’sadar’ mengikuti kesadaran ‘ruh’ kita yang merupakan
‘min Ruhi’.
Ada lagi semedi dalam bentuk yang sudah ‘advance’
yaitu sholat. Namun sholat dalam pengertian yang
sebenar-benarnya yaitu bukan hanya manembahing
rogo, tetapi juga manembahing rahsa ( sir ) dan
sukma ( ruh ).
Salam Ilmu Sejati,Puji Suci marang Gusti kawulo tansah ngabekti.

MEDITASI 7 CAKRA & OLAH SEMEDI

Meditasi dibagi dalam dua alur besar. Yakni
meditasi mikorokosmos atau pemusatan
konsentrasi pada jagad alit yakni unsur-unsur
yang ada dalam diri tubuh kita. Dan meditasi
makrokosmos atau meditasi jagad ageng.

Meditasi cakra merupakan subsistem dari
meditasi mikrokosmos.

CAKRA DASAR, ROOT CHAKRA, Jayengdriyo,
Muladhara :
Cakra pertama. Terletak di dasar tulang
belakang, berfungsi meningkatkan
kemampuan kita dalam bertahan hidup dan
beradaptasi. Cakra ini sekali terbuka akan
memberikan stabilitas yang kita perlukan
untuk memikul beban kita sehari-hari. Ketika
cakra dasar ini masih tertutup akan membuat
kita takut pada perubahan. Tetapi sekali
terbuka akan menciptakan peluang bagi kita
untuk menggapai kesempatan merasakan
indahnya kehidupan serta suatu kenikmatan
dan anugrah yang menakjubkan dalam
kehidupan ini.
SEXUAL CHAKRA, JANALOKA atau
Swadhishtana:
Cakra kedua ini terletak di balik wilayah alat
genital. Sepadan dengan bait al-mukadas.
Cakra ini berkaitan dengan energi dan gairah
seksual. Apabila energi mengalir bebas
diwilayah ini akan membawa energi positif
dalam hidup kita. Penyumbatan di daerah ini
dapat mengakibatkan masalah seksualdan
reproduksi yang akan menghambat energi
mengalir bebas dan menyebabkan energi
negatif dalam hidup kita.
CAKRA PUSAR, NAVEL CHAKRA atau
Manipura :
Cakra ketiga. Cakra ini hubungannya dengan
energi dan terletak di bawah pusar. Cakra ini
merupakan pusat kekuatan tubuhdan
merupakan titik luncur untuk energi prana.
Meditasi pada cakra ini akan membawa energi
besar dan dapat digunakan untuk menyerap
energi yang besar pula. Biasanya meditasi
cakra pusar secara efektif diterapkan untuk
membangkitkan “tenaga dalam” dan untuk
penyerapan energi alam seperti energi ombak
laut, energi angin, energi api, energi matahari,
energi rembulan, energi bumi dsb.
CAKRA HATI, HEART CHAKRA atau
Anahata :
Cakra keempat. Sepadan dengan bait al-
muharam. Panggulunganing raosing karsa.
Cakra hati terletak persis di daerah jantung-
hati dan berhubungan dengan kebaikan yang
besar dan cinta kasih. Meditasi pada cakra ini
dapat memiliki pengalaman batin yang
mendalam dan membuka hati untuk dapat
merasakan keindahan sejati dalam memahami
alam
semesta. Cakra ini berfungsi pula untuk
menghubungkan antara pikiran (kesadaran)
tubuh (ragawi) dengan kesadaran jiwa (batin).
CAKRA TENGGOROKAN, THROAT CHAKRA
atau Vishuddha :
Cakra kelima. Sepadan dengan bait al-
makmur. Titik energi cakra ini terletak di dasar
tengkorak. Pusat energi ini terutama terkait
dengan kemampuan kita untuk
mengekspresikan diri kita sendiri dan juga
memiliki dampak langsung pada sistem
kelenjar kita. Membuka cakra ini akan
membantu mereka yang memiliki kendala sulit
berkomunikasi.
CAKRA ALIS, BROW CHAKRA, PAPASU, atau
Ajna :
Disebut pula cakra keenam. Alam papat
(empat); sukma wisesa (alam nuriah), sukma
purba (alam siriyah), sukma langgeng (alam
hidayat), sukma luhur (alam jamma). Cakra ini
terletak di antara kedua alis mata, disebut
juga sebagai mata ketiga. Sebagai titik di
mana alam pikiran sadar dan alam pikiran
bawah sadar datang bersama-sama untuk
membuka kemampuan kita secara psikhis
(innerworld) dan intuitif (kebatinan).
Meditasi pada cakra mata ketiga (third eye) ini
paling digemari para pemula meditasi. Karena
diperolehnya wawasan yang dalam dan luas
bahkan mata ketiga dapat mulai terbuka.
Memungkinkan seseorang dapat melihat
dimensi gaib dengan mata batinnya (third eye
vision).
CAKRA MAHKOTA, CROWN CHAKRA, atau
Mahasrara :
Disebut pula sebagai cakra ketujuh. Alam
langgeng, Uluhiah, Sang Jati. Ini dianggap
sebagai chakra rohani, di mana orang dapat
menemukan kebijaksanaan yang sejati di
mana pengetahuan lahir dan batin,
pengalaman fisik dan metafisik, wadag dan
gaib, semua dapat dialaminya.
Cakra ini sebagai titik energi di mana
pencerahan sejati dan bentuk realisasi diri
dapat terjadi. Dalam tradisi Jawa, mengasah
cakra mahkota dapat menjadikan seseorang
menjadi Permana Jati. Yakni mampu weruh
sadurunge winarah atau mampu melihat
sesuatu yang bersifat futuristik, dan weruh
kasunyatan jati atau mengetahui kenyataan
sesungguhnya apa yang sebenarnya terjadi di
alam fana (jagad wadag) dan alam keabadian
(jagad gaib). Dapat dikatakan, terbukanya
cakra mahkota dapat membuat seseorang
menyaksikan dan memahami suatu
kenyataan, baik sesuatu secara fisik maupun
gaib. Oleh karena itu terbukanya cakra
mahkota dapat meraih ngelmu kasunyatan
(pengetahuan yang nyata) yang meliputi
wahana fisik dan gaib. Kita jadi tahu apa yang
sesungguhnya terjadi sekalipun di alam gaib.
Oleh sebab itu, bermeditasi pada cakra ini
akan menghasilkan efek yang mendalam dan
harus didekati dengan cara hati-hati dan
dibekali pemahaman yang memadai. Karena
bisa jadi pelaku meditasi akan terkejut dan
bingung melihat kasunyatan gaib (realitas
gaib), ternyata tidak sesuai dengan apa
yang tidak sekedar diyakininya (ujare,
katanya) selama ini. Dalam spiritual Jawa
seseorang yang dapat menerima “Wahyu
Keprabon” atau wahyu kepemimpinan
(wahyu singgasana kekuasaan untuk menjadi
RI-1) atau dalam pewayangan dinamakan
“Wahyu Makutarama” hanyalah orang-orang
yang sudah terbuka cakra ketujuhnya.
Sehingga akan membawa keberhasilan
seorang Presiden dalam masa
kepemimpinannya.
Meditasi merupakan PEMUSATAN PIKIRAN,
mengkonsentrasikan DAYA CIPTA pada satu
titik yang ada di dalam tubuh kita. Arah
pemusatannya melalui jalan sugesti atau saran
dari kekuatan
pikiran. Pemusatan pikiran pada
satu hal saja yakni pada cakra-cakra yang
ingin dibuka atau dibangkitkan.
Sementara itu, olah semedi merupakan
penghentian atas semua gerak-gerik cipta.
Digantikan dengan PEMUSATAN pada RAHSA
atau rasasejati untuk memahami sejatining
rasa pangrasa. Pemusatan rasa akan terjadi
setelah kita MELEPAS SEMUA KEGIATAN PIKIR-
MEMIKIR. Sehingga akan dicapai keadaan
“suwung” atau kosong dari segala pikiran dan
kemudian masuk (manjing) ke dalam
keheningan batin yang “suwung” (awang
uwung). Duwe rasa ora duwe rasa duwe,
atau “punya rasa, tidak punya rasa punya”.
Nah, untuk meraih keberhasilan dalam
membuka cakra ketujuh, Anda harus
melakukan olah semedi.
UNIVERSAL VALUE
Meditasi pada cakra-cakra kita merupakan
cara yang efektif untuk membangun energi
dan meraih kesadaran spiritual. Ada tiga cakra
yang harus kita konsentrasikan untuk meraih
keberhasilan. Hal ini akan membuahkan hasil
terbesar serta meningkatkan kesadaran
dimensi kita dalam waktu sesingkat mungkin.
Ini sangat dibutuhkan bagi siapapun yang ingin
meraih
kesembangan yang lebih baik.
Keseimbangan diri dengan dimensi sosial (self
& social dimension), diri dengan alam
(microcosmos & macrocosmos). Orang yang
meraih “keseimbangan” akan berada dalam
irama yang harmoni. Yakni orang-orang yang
selalu memperoleh berkah dan anugrah,
yang selalu menebar berkah dan anugrah
kepada seluruh makhluk. Itulah orang yang
meraih derajat kemuliaan. DERAJAT
KEMULIAAN ditentukan oleh apa yang
diperbuat seseorang selama hidupnya. Apakah
Anda percaya, jika kondisi seseorang
menjelang ajal termasuk mencerminkan
derajat kemuliaannya? Sudah berapa kali
Anda menunggui orang di saat menjelang
ajal? Cobalah cermati dgn kepekaan mata
hati, dengan kebeningan mata batin, ternyata
“keyakinan” seseorang tidak berhubungan
langsung dengan kondisi akhir saat sakaratul
maut tiba. Yang menentukan derajat tetap saj
perbuatan. Bagi yang tak percaya boleh saja
toh kelak akan membuktikan sendiri pada
waktu yang sudah terlambat. Keyakinan yang
dianut sebagai sarana pendidikan untuk
membangun budi pekerti luhur bagi
penganutnya. Budi pekerti menentukan “corak
warna” apa yang diperbuat oleh seseorang.
“Corak warna” perbuatan setiap orang lah
yang pada akhirnya menentukan derajat
kemuliaan. Yang ada adalah ngunduh uwohing
pakarti, atau menuai buah budi pekerti, bukan
ngunduh uwohing agami. Karena agami
berfungsi sebagai salah satu “media tanam”
bagi tumbuhnya “tanaman” bernama budi
pekerti luhur.
Meditasi cakra merupakan salah satu cara di
antara milyaran cara yang dapat dilakukan
manusia untuk menggapai level keluhuran
budi pekerti, untuk meraih derajat kemuliaan
hidup yang tinggi. Seseorang yang telah
terbuka cakra mahkotanya, ialah orang yang
telah mencapai maqom ke 7. Tentu saja
derajat maqom ini akan tercermin dalam pola
pikir, segala sikap, dan tindak perbuatannya.
Sebaliknya fanatisme terhadap suatu agama,
budaya, dan falsafah hidup barulah
mencerminkan terbukanya cakra level dasar.
Celakanya, orang-orang yang baru terbuka
cakra dasarnya biasanya justru bersikap
seolah sudah menggapai maqom ke tujuh.
Sudah merupakan hukum alam bahwa “air
beriak tanda tak dalam,padi yg tidak merunduk tanda tidak berisi”.

LAKON BIMO SUCI

Lakon ini amat digemari di kalangan kasepuhan
karena mengandung permenungan mendalam
tentang asal dan tujuan hidup manusia (sangkan
paraning dumadi) dan menjawab kerinduan hidup
dalam perjalanan rohani orang jawa untuk bersatu
dengan Tuhan (manunggaling kawulo Gusti; curiga
manjing warangko).
Begitu disenangi dan diulang-ulang sebagai bahan
permenungan, maka kisah ini memilik variasi-variasi
bahkan menyimpang dari lakon awalnya, tergantung
siapa yang menyalin kisah ini, siapa dalang yang
memainkan lakon dalam pertunjukan wayang.
Poerbotjaroko, tahun 1940 menyelidiki variasi-variasi
naskah dan menemukan kurang lebih 29 buah naskah
Bima Suci. 19 buah naskah tersimpan di Universitas
Leiden Belanda.
Dalam disertasinya untuk memperoleh gelar doctor
tahun 1930, Prijohoetomo membandingkan dua kisah :
Nawaruci dan Dewaruci. Kitab Nawaruci yang juga
dikenal dengan nama Sang Hyang Tat-twajnana
(kitab tentang hakekat hidup) ditulis oleh Empu
Siwamurti (th. 1950-an) dengann latar belakang
budaya Kerajaan Majapahit. Pada jaman itu mistik
Islam mulai masuk dalam budaya Jawa, dan kisah
Nawaruci digubah menjadi lakon Dewaruci (dengan
dimasuki unsur-unsur Islam) dan dipentaskan dalam
dunia perwayangan.
Alur ceritera Dewaruci/Bima Suci dipengaruhi oleh
kisah Markandeya dari India. Di kisahkan Markandeya
mengarungi kedalam samudera dan berjumpa dengan
anak kecil. Anak kecil itu bernama Narayana, jelmaan
dari Dewa Wisnu. Narayana meminta Markandeya
masuk dalam tubuhnya untuk menyaksikan seluruh isi
alam semesta. Dalam kisah ini tokoh Bima tidak ada.
Dari berbagai kisah Bima Suci yang bervariatif itu
dapat ditemukan benang merahnya.
Alkisah, Bima atas perintah gurunya (Durno) mencari
“Banyu Perwitasari”. Dalam perjalanan mencari air
kehidupan, Bima menuju hutan Tikbrasara (berarti
landeping cipta) yang terletak di gunung ReksaMuka
(yang artinya Mata). Di hutan ini Bima dihadang oleh
dua raksasa Rukmuka (berarti kamukten) dan
Rukmokala (yang berarti Kamulyan). Bima mampu
mengalahkan ke dua raksasa itu.
Untuk memperoleh “inti sari pengetahuan
sejati” (Perwitasari), Bima harus melalui samadi (yang
dilambang dengan hutan Tibaksara dan gunung
Reksomuka =Mata/pemahaman yang mendalam).
Bima tidak bisa mencapai titik penyatuan mata batin
dalam samadi kalau tidak ‘membunuh’ pikiran tentang
kamukten dan kamulyan.
Kisah selanjutnya, Bima tahu bahwa air ‘perwitasari’
tidak terletak di hutan Tikbrasara yang ada di gunung
Reksamuka, tetapi di dasar samudera. Maka
perjalanan dilanjutkan ke dasar samudra (samudra
pangaksama=pengampunan). Dalam samudra
bertarung dengan naga (symbol kejahatan/
keburukan) dan Bima berhasil membunuhnya.
Untuk memperoleh air perwitasari tidak cukup dengan
membuang kamukten dan kamulyan tetapi harus
juga berani mengampuni kepada orang-orang yang
bersalah dan membunuh kejahatan yang ada dalam
dirinya (masuk samudra pengampunan dan
membunuh naga kejahatan).
Setelah melampaui berbagai rintangan, akhirnya Bima
ketemu Dewaruci, yang persis dengan dirinya namun
dalam ukuran kecil. Bima masuk ke badan Dewaruci
melalui telinga kanan dan di dalam diri Dewaruci,
Bima melihat seluruh isi semesta alam.
Bima dengan samadi secara benar : menutup mata,
mengatur nafas, konsentrasi dengan pikiran dan
perasaan yang bersih (Cipta Hening). Dalam samadi
ini, Bima menerima Terang atau wahyu sejati dalam
samadi: “manunggaling kawula gusti”, kesatuan
manusia dengan Tuhan. Dalam jati diri terdalam,
manusia bersatu dengan Tuhan. Kemanunggalan ini
yang menjadikan manusia mampu melihat hidup
yang sejati. Dalam istilah kejawen: Mati sakjroning
urip, urip sakjroning mati. Inilah perjalanan rohani
untuk masuk dalam “samudera menanging kalbu”.